Thursday, August 23, 2012

Malam peneman gundah

Malam hampir larut,
Malam juga sudah mula bergerimis,
Inilah saatnya untuk kita kembali,
Kita sudah cukup jauh mengembara,
Menjelajah kerumah-rumah kosong itu,
Aku tahu akan isi tempat itu,
Tempat yang menjadi nostalgia kepadaku,
Memegang segala memori yang ada,
Walaupun tiada lagi gambar bayangan,
Ia masih terpahat pada dinding liku-liku minda.

Malam begitu dingin dengan hadirnya gerimis,
Menemani daku ke hingga ke pulusuk malam,
Sehingga datangnya dinihari menyapa diri,
Bertanya khabar kerna mimpi yang serupa,
Mengharap semua yang berlaku indah belaka,
Walau masa silih berganti,
Ia tetap berlalu indah,
Bersama-sama menikmati keindahan malam,
Disaat rembulan disebalik awangan,
Cahaya malap menerangi kegelapan malam,
Hanya ini saat yang terindah pada waktu sepertiga malam,
Membuat aku lupa pada kemungkinan.

Saturday, August 11, 2012

Keindahan kata jangan dilupa...


Sering kali kemaafan yang dipinta,
Seperti ia tiada makna,
Begitu mudah untuk dilafaz kata,
Begitu senang untuk mulut bicara,
Walau terpancar pada mega wajahnya,
Tiada kata yang bermakna jika sering diulang semula,
Bait kata yang sedulunya indah,
Telah hilang serinya seraya bertambah gundah,
Malah, baki keindahan kata-kata itu terus lenyap tanpa ceritera bermadah,
Menghilangkan keistimewaan kata itu,

Sebuah kata yang mudah diucapkan,
Tapi maknanya sukar untuk digambarkan,
Perbuatan ini tanpa sedar merosakkan prosa kata yang telah lama digunakan,
Tatkala retaknya prosa,
Tatkala itu hilangnya irama,
Sewaktu pincangnya bahasa,
Sewaktu itu juga punahnya keindahan bersahaja.

Jadi ingatlah,
Jangan mudah mengatakan sahaja,
Sambil dilupa maksud yang ada,
Kerna penggunaan kata bersama makna,
Amat berharga dan tinggi bahasanya,
Jangan sehingga satu mulut tertutup,
Seribu lidah berkata-kata,
Berkata-kata mengatakan yang tiada apa,
Tiada asas bahasanya,
Merosakkan keindahan prosa yang sedia ada...


Thursday, August 9, 2012

Aku Tetap Aku...

Terciptanya sesuatu akan hadirnya sesuatu,
Saat itu akan terus berada disitu,
Tanpa kamu si pemutar cerita satu per satu,
Walau begitu, aku tetap aku,

Tiada apa yang dapat mengubah tingkah laku,
Tingkah laku aku yang akan membuatkan kau terpaku,
Sombongku atas pendirianku,
Gerak-geri ku hanya sendiri yang pacu,
Bukan kau yang perlu,
Kerna hak aku atas paradigma diriku.

Segala perbuatan yang menyakiti matamu,
Carikan saja perawatmu sendiri,
Bukan salahku itu terjadi,
Kerna aku tetap diriku sendiri,
Sakitku tiada yang mengerti,
Jika tindak-tanduk sezarah ini,
Membelenggu engkau yang disini,
Aku disana masih tercari-cari,
Mencari punca berlaku semua ini.

Jika hati ini yang engkau sakiti,
Jangan kau pula meminta hati,
Jika aku berlaku sebegini,
Jangan kau melatah itu ini,
Aku tetap aku menjalani hari-hari,
Masih sendiri emncari yang hadirnya sesuatu yang belum pasti,
Akan ku cipta sesuatu untuk seuatu satu hari nanti,
Jangan kau melompat melatah terkejutkan aku yang kini,
Kerna aku masih disini mencari kau si pemutar hati,
Pemutar yang menyakiti hati,
Yang menguatkan pendirian diri,
Aku disini masih disini,
Menjadi diri sendiri tatkala waktu berubah hati,
Kerna engkau aku yang kini,
Aku tetap aku walau hari berganti hari....

Friday, August 3, 2012

Sembunyi sendiri

Senyuman yang terlakar
Hanya sekadar terjemahan luaran
Untuk santapan mata-mata teman dihadapan
Isi hati hanya sendiri yang mengerti
Akan peritnya disini yang tidak terperi
Kegembiraan hati hanya sendiri yang memahami
Tatkala ombak sedih melanda pantai hati
Jauh kemana kepuasan tiada lagi
Terus sembunyi masih sendiri
Hati terus-menerus disakiti
Oleh ciptaan yang sama bertindak sendiri
Luka lama telah kemas ku simpan rapi
Tiada siapa yang perasan akan wujudnya disini
Hanya yang nampak pada mata kasar di bawah dahi
Cuma senyuman berselindung pahitnya kekal abadi...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...